Ceker ayam ternyata kaya akan zat gizi yang dibutuhkan manusia, sejak masih dalam kandungan sampai usia lanjut. Komposisi zat gizi yang ada sangat kaya protein, mineral, omega-3 dan omega-6, serta rendah lemak.
Jika dihadapkan pada seekor ayam bakar, bagian mana yang paling Anda sukai?Jawabannya sangat bervariasi, tergantung individunya. Namun, dapat dipastikan jawaban akan berada di tiga pilihan utama, yaitu bagian dada, paha, atau sayap. Sebagian lainnya sangat menyukai bagian punggung, leher dan kepala, kulit atau jeroan (hati, ampela, usus). Tidak banyak orang yang menyukai bagian ceker. Alasannya bermacam-macam, seperti rasanya tidak enak, teksturnya keras, tulangnya banyak, atau karena alasan jijik. Tidak menyukai ceker karena alasan jijik cukup masuk akal. Ceker adalah bagian dari tubuh ayam yang berhubungan langsung dengan benda-benda kotor. Meski demikian, tanpa ceker, ayam tidak mungkin jadi gemuk untuk diambil dagingnya. Bahkan, konstruksi bangunan dengan sistem cakar ayam sesungguhnya idenya diadopsi dari ceker ayam. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh, ternyata mampu mendukung kokohnya badan ayam yang melebar ke samping, tidak lurus seperti manusia. Bukan hanya itu, sepasang ceker juga menjadi modal utama seekor ayam untuk bertahan hidup, berlari, bertarung, menarik lawan jenis, dan menafkahi anak-anaknya. Dengan demikian, patut kita curiga akan keberadaan zat-zat tertentu pada ceker ayam yang mejadikannya begitu istimewa. Keistimewaan itu pula yang menyebabkan ceker ayam sering dimanfaatkan dalam pembuatan bubur atau sup untuk bayi dan anak balita. Belakangan ini, orang hamil dan orang dewasa pun sangat dianjurkan untuk mengonsumsi ceker ayam. Ada apa sesungguhnya dengan ceker ayam? Sumber protein Komposisi gizi per 100 gram ceker ayam dapat dilihat pada tabel. Ceker ayam mengandung protein dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kandungan lemak dan karbohidratnya, masing-masing sebanyak 19, 8, dan 0,4 gram per 100 gram ceker. Keberadaan protein yang cukup tinggi tersebut memberikan indikasi bahwa ceker ayam sangat bagus untuk dikonsumsi oleh anak-anak yang sedang mengalami proses tumbuh kembang. Komposisi zat gizi per 100 gram ceker ayam
Fungsi protein antara lain untuk: (1) Membangun jaringan tubuh yang baru dan mengganti jaringan yang rusak; (2) Merupakan sumber energi yang penting bagi tubuh; (3) Menyusun hormon, enzim, dan substansi biologis lainnya, seperti antibodi dan hemoglobin. Dengan demikian, pemenuhan terhadap kebutuhan protein merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung kesehatan masyarakat luas. Manfaat kolagen Kolagen merupakan jenis protein yang banyak terdapat pada ceker ayam. Kolagen tersebar pada jaringan penghubung otot, sehingga sangat berperan penting dalam perkembangan dan kerja otot. Suatu kolagen akan terus berkembang menjadi kolagen-kolagen yang baru, sehingga pertumbuhan otot dapat berlangsung dengan semestinya. Kolagen ceker ayam mempunyai kemampuan sebagai antihipertensi (dapat menurunkan tekanan darah). Hal ini dikarenakan kolagen dapat menurunkan kadar enzim renin, yaitu suatu enzim yang dapat mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Selanjutnya angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II, suatu senyawa peptida penyebab hipertensi. Dengan demikian, terhambatnya kerja renin oleh kolagen, merupakan tahap awal dalam pencegahan hipertensi. Kolagen juga dapat berperan sebagai antigen imunogenik. Antigen imunogenik merupakan komponen yang dapat merangsang sistem imun (kekebalan), sehingga tubuh mampu melawan virus, bakteri, dan benda asing lainnya yang dapat menimbulkan penyakit. Tinggi Kandungan Omega-6 dan Omega-3 Bukan hanya ikan laut, ceker ayam juga kaya akan omega-3. Kandungan omega-3 dan omega-6 dalam ceker ayam cukup tinggi, masing-masing 187 mg dan 2.571 mg per 100 gramnya. Omega-3 dan omega-6 merupakan golongan asam lemak tak jenuh ganda yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Menurut Sizer & Whitney (2008), peran omega-3 dan omega-6 bagi tubuh adalah untuk: (1) pertumbuhan otak; (2) rileksasi pembuluh darah, sehingga dapat mengurangi tekanan darah; (3) mendukung atau membantu sistem imunitas tubuh. Walaupun tidak mengandung daging, ceker ternyata merupakan bagian dari tubuh ayam yang paling gurih. Ceker ayam terdiri atas komponen kulit, tulang, otot, dan kolagen. Komponen-komponen inilah yang menyebabkan ceker berasa gurih dan kenyal. Jika dimasak, ceker akan mengeluarkan kaldu yang lebih pekat dan kental dibandingkan dengan kaldu dari bagian tulang lainnya. Di luar dugaan, ceker ayam ternyata dapat diolah menjadi berbagai hidangan dengan berbagai bumbu. Ceker juga dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan lain hingga menjadi suatu hidangan yang sensasional dan lezat. Beberapa contoh olahan ceker ayam alam bentuk gulai, sup, tumis, bacem, gudeg, opor, pindang, dimsum, keripik, brongkos, pepes, sambal goreng, nasi goreng, soto, rendang, mi ayam, garang asem, kwetiau, sapo. Masih banyak lagi kreasi lainnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan selera masing-masing. Cara Memilih dan Memasak 1. Pilihlah ceker ayam dengan kondisi masih bagus, yaitu segar dan berwarna cerah, berkilap, tidak ada bagian yang cacat atau bersisik hitam. Pada saat dipegang, ceker tidak dalam keadaan lengket atau mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Ceker berwarna kemerahan yang dijual di supermarket bukan pertanda tidak segar, melainkan karena suhu dingin di dalam freezer. Setelah didiamkan pada suhu ruang, warna merah tersebut akan hilang dengan sendirinya. 2. Di pasaran, ceker ayam biasanya tersedia dalam dua bentuk, yaitu bentuk yang masih berkulit atau yang sudah dikupas kulitnya. Untuk pengupasan kulit, pertama-tama potong dulu ujung jari ayam yang masih berkuku. Siram ceker ayam dengan air panas mendidih dan didiamkan selama 10-15 detik. Setelah itu, kulit dapat ditarik atau dikupas dengan bantuan pisau kecil yang tipis dan tajam. Jika direbus terlalu lama, ceker akan menjadi matang dan kulitnya sukar untuk dikupas. 3. Bila dikehendaki, kulit ceker yang sangat tipis tersebut dapat diolah menjadi kerupuk,, yaitu dicampur dengan sedikit tepung dan bumbu, kemudian digoreng hingga mekar. Kerupuk ceker rasanya sangat gurih, sehingga cocok dimakan bersama nasi, bubur ayam, gado-gado, atau sebagai teman minum teh dan kopi. 4. Ceker ayam dapat disimpan di dalam kulkas, baik dalam keadaan mentah maupun matang. Ceker mentah sebaiknya dibungkus dengan plastik sebelum disimpan beku dalam freezer. Jika akan diolah, ceker dikeluarkan dari freezer dan dibiarkan mencair dengan sendirinya. Ceker matang dapat dibungkus derigan plastik atau wadah lain dan disimpan di dalam chiller. 5. Ceker ayam dapat dimasak dalam keadaan utuh atau dipotong-potong, tergantung selera. Jika ceker akan diolah dengan cara kering, yaitu digoreng atau tanpa kuah, disarankan dalam bentuk utuh. Jika akan diolah dengan cara berkuah, ceker sebaiknya dipotong menjadi tiga bagian agar mudah disantap. 6. Bila hendak mengambil kaldunya untuk pembuatan sup atau bubur bayi, ceker utuh sebaiknya diiris-iris dengan pisau, dipotong-potong, atau pukul-pukul hingga ceker memar. Agar kaldu tidak berbau amis, rebuslah ceker dengan menambahkan satu ruas jahe dan satu batang daun bawang. 7. Dibandingkan dengan bagian dagingnya, memasak ceker memerlukan waktu lebih lama. Ceker sebaiknya dimasak hingga benar-benar lunak, bila perlu harus dilakukan hingga bagian kulit terlepas dari tulangnya. 8. Bila hendak menggoreng ceker ayam, tiriskan ceker ayam yang telah direbus hingga bebas dari air yang menetes. Untuk mempercepat, bisa dikeringkan dengan bantuan kertas tisu. Setelah itu baru digoreng dengan api kecil. Api yang besar akan membuat minyak mendidih dan menyebabkan ceker ayam bisa meletup setiap saat. Jangan lupa menutup wajan atau pancinya untuk menghindari letupan. Oleh: Prof.DR. Made Astawan Ahli Teknologi Pangan dan Gizi | ||||||||||||||||||||||||
Sumber: Senior
|
oia saya mau tanya.. bagai mana dengan ceker ayam potong??
ReplyDeleteisu2 nya jga ayam potong mengandung hormon2 yang kurang bagus untuk pertubuhan. karena di lihat pertumbuhan ayam yang singkat hanya beberapa bulan ayam bisa di komsumsi...
Selama ayam2 tersebut diternak oleh perusahaan besar yang berbisnis mengikuti aturan yg telah ditentukan oleh pemerintah tentunya akan aman2 saja, kecuali kalau sebaliknya dan ini ada pendapat dari pakar yaitu Rektor Universitas Djuanda Bogor Prof.Abadi:
ReplyDeletePro dan Kontra
Ada dua blok yang pro dan kontra dengan penggunaan AGP ini, yaitu Amerika yang mengizinkan semua jenis antibiotik digunakan untuk memacu pertumbuhan dan Uni Eropa yang melarang penggunaan antibiotik jenis apapun untuk memacu pertumbuhan. “Posisi pemerintah Indonesia berada ditengah-tengah. Bila kita menganut paham Eropa maka kita akan diajak ke sidang WTO oleh Amerika. Sementara kalau kita menganut paham Amerika konsekuensinya sampai mati pun kita tidak akan bisa mengekspor produk peternakan kita ke Eropa,” jelas Abadi Sutisna.
Abadi Sutisna yang juga anggota Komisi Obat Hewan Departemen Pertanian ini memberikan solusi dengan membolehkan penggunaan antibiotik pada ternak dengan syarat:1) Antibiotik yang digunakan harus aman buat manusia, hewan dan lingkungan; 2) Antibiotik memiliki efikasi yang bagus; dan 3) Antibiotik harus bermutu baik.
Setelah lolos dari ketiga syarat tersebut untuk bisa diizinkan sebagai bahan pemacu pertumbuhan, antibiotik yang dipilih sebagai growth promotor harus juga memenuhi syarat sebagai berikut: Pertama, antibiotik yang digunakan pada ternak adalah yang tidak digunakan pada manusia, khususnya untuk mencegah resistensi bakteri pada manusia. Kedua, sifat antibiotik harus tidak diserap oleh usus. Ketiga, dosis penggunaannya sangat kecil yaitu antara 1-2 ppm atau 1-2 kg per ton pakan. Keempat, sifat antibiotik harus mudah terdegradasi oleh alam.
“Oleh sebab itu hanya 7 jenis antibiotik saja yang boleh digunakan sebagai growth promotor dari sekian banyak antibiotik, sebagai contoh zinc bacitracin, virginiamycin, dll,” ungkap Abadi.
Abadi menjelaskan, “Mau tidak mau kita tetap harus menggunakan antibiotik, karena sistem peternakan kita yang masih setengah tradisional (open house). Jangan bandingkan dengan sistem peternakan di Eropa yang serba closed house, sementara kandang di peternakan kita kondisinya sangat mudah terkontaminasi kuman dari luar. Khusus untuk produksi unggas konsumsi secara massal tetap masih harus menggunakan cara lama, karena kalau mau yang serba steril menyebabkan harga produknya menjadi sangat tidak terjangkau, kecuali untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor luar negeri yang menuntut produk bebas antibiotik.”