Thursday, September 29, 2011

ANAKKU INDIGO?...


Karena kemampuan indera keenamnya, tak jarang anak indigo salah diidentifikasi sebagai anak LD (Learning Disability) atau anak ADD/HD (Attention Deficit Disorder/Hyperactivity Disorder)
Indigo adalah warna nila, biru gelap. Anak indigo adalah anak yang memiliki lapangan aura berwarna nila. Cara berpikirnya yang khas, pembawaannya yang tua, membuat anak Indigo tampil beda dengan anak sebayanya. Katanya pancaran aura yang dimilikinya membawa kepada suatu karakteristik perilaku yang unik, hanya dimiliki anak Indigo. Secara fisik anak indigo sama sekali tidak berbeda dengan anak lainnya.
Lewat bukunya Understanding Your Life Through Color, Nancy Tappe (1982) membuat klasifikasi manusia berdasarkan warna energi atau cakra. Cakra adalah pintu-pintu khusus dalam tubuh manusia untuk keluar masuknya energi. Konon pada tubuh manusia ada 7 cakra, yaitu cakra mahkota ada dipuncak kepala, cakra Ajna di antara dua alis, cakra tenggorokan di tenggorokan, cakra jantung di tengah dada, cakra pusar ada di pusar, cakra seks ada pada tulang pelvis dan cakra dasar ada di tulang ekor.
Anak Indigo memiliki keunggulan pada cakra Ajna (the third eyes) yang terletak di dahi antara kedua alis mata, berkaitan dengan kelenjar hormon hipofisis dan epifisis di otak. Buku Tappe diatas boleh disebutkan sebagai buku pertama yang mendeskripsikan tentang anak indigo. Adanya the third eyes inilah anak indigo disebut memiliki indra keenam. Mereka dianggap memiliki kemampuan untuk menggambarkan masa lalu dan masa yang akan datang.
Beberapa di bawah ini adalah contoh pengalaman beberapa klien saya yang anaknya Indigo yaitu :
Pembawaannya ’tua’. Suka memberi nasehat kepada orangtuanya. Nuniek menyampaikan perasaannya pada saya bahwa ia beruntung sekali memiliki Bunga (4 tahun). Bicara dengan Bunga, Nuniek selalu merasa tidak seperti bicara dengan anak kecil. Bagi Nuniek, Bunga adalah tempatnya berkeluh kesah. Bunga hampir selalu memberi wejangan, tanpa diminta. Ia merasa Bunga terlalu tua untuk bertutur seperti itu, menurutnya materi bicara Bunga bagai seorang ibu kepada anaknya. Nuniek merasa Bunga adalah pengganti ibunya yang sudah tiada, meninggal saat Nuniek berusia remaja. Dari mulut kecil Bunga (4tahun) anak semata wayangnya, kerap terdengar pesan-pesan seperti ” Hati-hati di jalan ya ma.. gak usah ngebut nyetirnya, yang penting selamat!”, ”Mama harus sabar, gak boleh sakit hati sama papa ya….”, ” Mama gembira dong, jangan sedih terus nanti mama sakit lho..”.”Makannya yang banyak Ma, biar cepat sembuh!” ”Mama katanya mau langsing, kok makannya banyak gitu” Mereka bicara sepertinya sambil lewat saja, sambil memijat kaki ibunya, atau sambil beresin mainannya, bahkan sambil tiduran ngempeng botol susunya.
Terkesan ’wise’. Mampu bersikap bijaksana dan penuh pengertian. Firalda berceritera pada saya betapa ia merasa bersalah sering meninggalkan si kecil yang dipanggil ”Princess” di rumah karena kesibukannya di kantor. Tetapi yang terjadi ”Princess” yang baru berusia 5 tahun itu malah menghiburnya ” Mami tadi malam pulang jam berapa? Aku nungguin sampe jam 10 malam mami belum pulang juga. Mami banyak kerjaan di kantor ya?! Kenapa kok tadi gak telpon ke rumah? Aku gak apa-apa ditinggal sama mbak di rumah…aku kan ngerti mami harus kerja cari uang sendiri.. untuk beli susu, bayar uang sekolah, bayar listrik, bayar ini bayar itu..banyaaak banget..yang harus dibayar mami” Tapi jangan lupa telpon ke rumah dooong..Aku kangen mami, aku sayang mami.”
Mampu ’melihat’. Riska suka terkaget-kaget kala Tiara berkata, ”Ayah sekarang di kantor lagi bicara sama tante siapa tuh..aku gak tahu namanya. Dia pakai baju (dideskripsikan dengan rinci) dan ayah pake jaket coklat. Mereka lagi bicara-bicara berdua” Atau tiba-tiba ” Ibu, sebentar lagi ayah datang..ayah bawa brownies kesukaan kita.” Riska mengecek kepada suaminya apa betul akan ke Jakarta, karena suaminya bekerja di Bandung dan sama sekali tidak mengatakan akan ke Jakarta pada hari itu. Ternyata benar, ada tugas mendadak dan sempat mampir ke rumah. Dan bisa juga sambil lewat mengatakan, ”Nanti mau hujan besar lho Bun…”
Memiliki ’pendamping’. Teman yang tidak terlihat entah dalam sosok sebaya dia, atau sosok orangtua. Riska sudah mahfum dan membiarkan saja Tiara bicara sendiri, berdialog dengan temannya. Namun Riska memilih tidak melihatnya atau pura-pura tidak tahu, karena ia merasa takut, si kecil Tiara bicara di ruangan yang nyata-nyata tidak ada orangnya.
Di samping ciri-ciri tersebut diatas, berikut ini ciri-ciri yang lazim dijumpai pada anak indigo :
* Memiliki pola perilaku yang secara umum tidak dipelajari sebelumnya. Dengan alasan sayang membuang-buang makanan Aldo (11 tahun) saat di Pizza Hut memakan sisa makanan dan minuman dari meja sebelahnya. Perilaku Aldo membuat terhenyak orangtuanya, untunglah cuma saat itu saja terjadi dan hilang begitu saja perilaku yang dianggap aneh tersebut.
* Memiliki keyakinan diri besar. Dengan tidak memiliki dasar mengetik 10 jari Bakti (17 tahun) nekad mengikuti lomba mengetik cepat di kampusnya. Ia memperoleh penghargaan sebagai pengetik tercepat namun banyak salahnya.
* Memiliki aktivitas yang jarang diijinkan oleh lingkungannya, baik orangtua dan lingkungannya. Bayu (15 tahun) naik ke bubungan genteng sekolahnya untuk melihat pemandangan sekitar sekolahnya dari atas. Ia juga seringkali mengajak adiknya ke atap genteng rumahnya pada sore hari hanya untuk melihat terbenamnya matahari.
* Memiliki rentang atensi yang pendek. Bakti cepat merasa bosan dengan aktivitas yang sama. Ia selalu mencoba berbagai kegiatan yang ada di kampusnya.
* Memiliki temperamen aktif dan kreatif. Bakti membuat aktivitas untuk mengatasi rasa jenuhnya. Dengan melibatkan teman-temannya yang mempunyai minat sama dalam satu wadah, dia melakukan berbagai macam kegiatan yang menurutnya menarik untuk dicoba.
* Memiliki harga diri kuat. Bayu secara diam-diam mempersiapkan dirinya agar menjadi orang yang dikenal banyak orang dengan cara menjadi kontributor tetap di majalah sekolahnya, karena ia merasa di-underestimate kan orangtuanya sebagai anak yang tidak mau bergaul.
* Memiliki kesulitan menerima otoritas. Aldo membiarkan rambutnya acak-acakan karena ia tidak suka diperintah harus menyisir rambut.
* Tidak ingin melakukan hal-hal sepele. Bakti paling tidak suka mengantri, sehingga ia mencari tempat yang tidak mengharuskannya mengantri.
* Merasa frustrasi berhadapan dengan rutinitas dan ritual. Aldo pernah mengajak ibunya bermain catur dengan aturan yang dibuatnya sendiri. Dia mempertanyakan kenapa harus mengikuti aturan tertentu, apakah tidak boleh buat aturan permianan sendiri?
* Memiliki cara sendiri yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Jadi seringkali bentrok dengan lingkungan karena dianggap tidak patuh pada aturan yang berlaku.
* Mengalami kesulitan secara sosial. Karena cenderung menjadi dirinya dengan mengabaikan kebiasaan-kebiasaan di lingkungan sekitarnya.
* Bersikap terbuka dalam menyampaikan keinginan-keinginan dirinya tanpa perlu merasa malu.
Satu hal yang penting dan digaris bawahi, yaitu tidak jarang anak indigo salah diidentifikasi. Mereka sering dianggap sebagai anak LD (Learning Disability) ataupun anak ADD/HD (Attention Deficit Disorder/Hyperactivity Disorder).
Perbedaan yang tampak sebenarnya anak indigo dengan anak yang LD atau anak ADD/HD adalah ketidakajegan munculnya perilaku yang dikeluhkan. Misalnya saja pada anak Indigo, mereka menunjukkan keunggulan pemahaman terhadap aturan-aturan sosial dan penalaran abstrak tetapi hal ini tidak tampak dalam kesehariannya, baik di sekolah maupun di rumah.
Ada 4 macam anak indigo (Nancy Tappe, dalam Carrol dan Tober, 1999) :
* Humanis. Anak indigo tipe ini akan bekerja dengan orang banyak. Kecenderungan karir mereka di masa datang akan menjadi dokter, pengacara, guru, pengusaha, politikus atau pramuniaga. Perilaku yang menonjol saat ini adalah hiperaktif, sehingga perhatiannya mudah tersebar. Mereka sangat sosial, ramah, dan memiliki pendapat yang kokoh.
* Konseptual. Anak indigo tipe ini lebih enjoy bekerja sendiri dengan proyek-proyek yang ia ciptakan sendiri. Contoh karir mereka di masa depan adalah sebagai arstiek, perancang, pilot, astronot, prajurit militer. Perilaku yang menonjol adalah suka mengontrol perilaku orang lain.
* Artis. Anak indigo tipe ini menyukai pekerjaan di bidang seni. Perilaku yang menonjol adalah sensitif, dan kreatif. Mereka mampu menunjukkan minat sekaligus dalam 5 atau 6 bidang seni, namun beranjak remaja minat mereka terfokus hanya pada satu bidang saja yang dikuasai secara baik.
* Interdimensional. Anak indigo tipe ini di masa yang akan datang akan menjadi seorang filsuf, pemuka agama. Dalam usia 1 atau 2 tahun, orangtua merasa tidak perlu mengajarkan apapun kepada mereka karena mereka sudah mengetahuinya.
Apa yang harus dilakukan orangtua?
Orangtua anak indigo mau tidak mau sering bentrok dengan anak. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dan pemahaman mereka tentang anaknya. Ketidak mengertian orangtua membuat toleransi orangtua menjadi rendah dan ini malah memperburuk hubungan anak dengan orangtua.
Tips mengasuh anak berciri indigo :
1. Hargai keunikan anak
2. Hindari kritikan negatif
3. Jangan pernah mengecilkan anak
4. Berikan rasa aman, nyaman dan dukungan
5. Bantu anak untuk berdisiplin
6. Berikan mereka kebebasan pilihan tentang apapun
7. Bebaskan anak memilih bidang kegiatan yang menjadi minatnya, karena pada umumnya mereka tidak ingin jadi pengekor.
8. Menjelaskan sejelas-jelasnya (masuk akal) mengapa suatu instruksi diberikan, karena mereka tidak suka patuh pada hal-hal yang dianggapnya mengada-ada.
9. Jadikan sebagai mitra dalam membesarkan mereka.
Apa yang harus dilakukan guru?
1. Jadilah pendengar yang baik
2. Gunakan pernyataan positif
3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dengan anak
4. Saling berbagi perasaan guru dan anak
5. Ciptakan suasa kekeluargaan dalam kelas dengan aturan kelas yang dibuat bersama
6. Menetapkan konsekuensi berdasarkan penyebab masalah
Virtue (dalam Carrol dan Tober, 1999) menyatakan bahwa anak indigo memiliki kecerdasan yang tinggi, namun dengan kreativitas yang terhambat. Berikut ciri-ciri anak berbakat yang Indigo :
* Memiliki sensitivitas tinggi
* Memiliki energi berlebihan untuk mewujudkan rasa ingin tahunya yang berlebih-lebihan
* Mudah sekali bosan
* Menentang otoritas bila tidak berorientasi demokratis
* Memiliki gaya belajar tertentu
* Mudah frustrasi karena banyak ide namun kurang sumber yang dapat membimbingnya
* Suka bereksplorasi
* Tidak dapat duduk diam kecuali pada objek yang menjadi minatnya
* Sangat mudah merasa jatuh kasihan pada orang lain
* Mudah menyerah dan terhambat belajar jika di awal kehidupannya mengalami kegagalan.
Oleh DR. Reni Akbar-Hawadi, Psi (Kepala Pusat Keberbakatan Fakultas Psikologi UI)
pengarah gaya&foto gusrizal
Sumber: Majalah Inspire Kids

No comments:

Post a Comment