Friday, September 16, 2011

Kenali Pemicu Berbagai Penyakit Pembuluh Darah Pada Anak | Portal Berita Dunia Islam & Indonesia Terbaru & Terkini Hari

Kenali Pemicu Berbagai Penyakit Pembuluh Darah Pada Anak | Portal Berita Dunia Islam & Indonesia Terbaru & Terkini Hari
AMERIKA SERIKAT (Berita SuaraMedia) - Banyak yang menganggap penyakit jantung, stroke dan masalah pembuluh darah lainnya adalah penyakit orang dewasa. Tapi kini penyakit tersebut tengah menjadi kekhawatiran di kalangan anak-anak dan remaja.

Menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika (CDC), kejadian kelebihan berat badan pada anak-anak dan remaja (usia 6-18 tahun) telah meningkat sebesar tiga kali lipat dibandingkan pada tahun 1970. Hal inilah yang memicu kekhawatiran timbulnya penyakit-penyakit pembuluh darah di usia dini.

Gaya hidup yang malas bergerak dan kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi dengan baik diduga sebagai penyebab timbulnya obesitas pada anak-anak.

Saat ini hampir setiap hari kegiatan anak-anak hanya diisi dengan duduk untuk menonton televisi, main game komputer atau teknologi lainnya. Pola makan yang sering mengonsumsi makanan cepat saji serta olahan juga menjadi salah satu faktor.

Tapi berat badan dan gaya hidup bukanlah faktor mutlak penyebab masalah tersebut. Penyakit jantung juga dipengaruhi oleh faktor genetik, jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kesehatan penyakit jantung, diabetes dan tekanan darah tinggi. Sehingga dapat meningkatkan peluang seorang anak mengalami aterosklerosis, kolesterol tinggi dan kelainan lipid.

Dalam edisi Juli 2008 American Academy of Pediatrics (AAP) menjelaskan pedoman mengenai pemeriksaan lipid pada anak-anak dan kesehatan jantung. Karena kasus obesitas yang semakin meningkat, AAP merekomendasikan pemeriksaan awal lipid pada anak dan remaja usia 2-10 tahun.

Seperti diberitakan dari DiscoveryHealth, ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko pada anak-anak, yaitu:
  1. Kelebihan berat badan atau obesitas
  2. Memiliki diabetes
  3. Memiliki sejarah keluarga kolesterol tinggi atau penyakit jantung prematur.
Diberitakan oleh AAP, anak-anak dan remaja usia 12-18 tahun harus memiliki kadar kolesterol total kurang dari 170 mg/dl, kadar LDL (kolesterol jahat) kurang dari 110 mg/dl, kadar HDL (kolesterol baik) 35 mg/dl atau lebih tinggi dan kadar trigliserida kurang dari 150 mg/dl.

Jika hasilnya normal, maka pengujian bisa diulang kembali 3-5 tahun mendatang. Tapi jika hasilnya menunjukkan kolesterol tinggi harus dirujuk ke dokter ahli jantung pediatrik.

Bagi anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas, maka perubahan gaya hidup adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Melakukan konsultasi gizi bisa sangat membantu orangtua untuk menerapkan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol. Selain memperbanyak aktivitas fisik sebanyak 60 menit atau lebih setiap harinya.

Hingga kini penggunaan obat-obatan untuk mengatasi masalah kolesterol pada anak-anak masih menjadi kontroversi dikarenakan tidak adanya data jangka panjang mengenai penggunaan obat tersebut. Perubahan gaya hidup dan pola makan masih menjadi rekomendasi utama untuk mengatasi masalah kolesterol anak-anak.

Angka kegemukan (obesitas) yang terus meningkat pada anak-anak memaksa para dokter anak di Amerika Serikat menerbitkan rekomendasi yang tergolong keras.

American Academy of Pediatrics (ikatan dokter anak AS) menganjurkan pemakaian obat antikolesterol pada anak usia 8 tahun. Bahkan, mereka juga merekomendasikan pemakaian susu rendah lemak untuk bayi berusia 1 tahun ke atas.

Itu merupakan panduan paling keras yang pernah diterbitkan oleh Akademi Dokter Anak AS.

"Anjuran tersebut diterbitkan karena kondisi yang bisa mengakibatkan penyakit jantung ditemukan sejak masa-masa awal kehidupan. Apalagi, studi baru menunjukkan bahwa obat antikolesterol umumnya aman untuk anak," kata dr Stephen Daniels dari komite nutrisi akademi tersebut.

Penyakit jantung memang masih tercatat sebagai pembunuh nomor satu di AS. Tak aneh, perhatian pemerintah terhadap obesitas pada anak-anak demikian besar.

"Jika kita lebih agresif menerapkannya pada anak-anak, saya pikir kita akan bisa mencegah risiko serangan jantung dan stroke saat mereka memasuki usia dewasa," tuturnya.

Daniels menerangkan, terapi obat ditujukan pada anak dengan kadar LDL (kolesterol jahat) tinggi. Apalagi bila mereka juga menderita obesitas dan tekanan darah tinggi.

"Bagi anak dengan kadar HDL (kolesterol bermanfaat--Red) rendah, terapi obat bukan prioritas. Yang perlu dilakukan pada mereka adalah mengurangi berat badan, berolahraga, dan melakukan konsultasi gizi," tambahnya.

Akademi yang berkantor di Elk Grove Village, Illinois, tersebut juga meminta dokter anak di seluruh AS rutin mengecek kadar kolesterol anak. Terutama, mereka yang keluarganya memiliki riwayat penyakit terkait dengan kolesterol.

Pemeriksaan kolesterol juga dianjurkan pada anak yang keluarganya pernah kena serangan jantung di usia muda.

"Screening kolesterol juga dianjurkan pada anak yang riwayat kesehatan keluarganya tidak diketahui," imbuhnya.

Screening rutin dianjurkan sejak anak berusia 2 tahun dan tidak lebih dari usia 10 tahun.

Karena obesitas merupakan faktor risiko penyakit jantung dan sering berkaitan dengan problem kolesterol, Akademi Dokter Anak AS juga merekomendasikan susu rendah lemak untuk anak usia 1 tahun ke atas. Rekomendasi itu terutama ditujukan kepada anak yang bermasalah dengan berat badan.

Daniels menambahkan, anjuran tersebut bisa saja diberlakukan kepada semua anak. Tapi, menurut dia, dokter mungkin hanya akan menganjurkan pemakaian susu rendah lemak itu pada anak berusia 1 tahun yang menderita obesitas atau punya riwayat keluarga penderita penyakit.

Selama ini, akademi tersebut tak menganjurkan pemakaian susu rendah lemak pada anak di bawah usia 2 tahun. Dalihnya, lemak diperlukan untuk pertumbuhan otak.

"Namun, kini kita menghadapi wabah obesitas," ucap dr Frank Greer dari Universitas Wisconsin, salah seorang penulis panduan baru yang diterbitkan oleh jurnal Pediatrics edisi Juli tersebut.

Saat ini, sepertiga anak AS dilaporkan menderita kelebihan berat badan. Sebanyak 17 persen di antara mereka masuk kategori obesitas.

"Karena itu, rekomendasi dari akademi dokter anak tersebut penting," tegas dr Jennifer Li, dokter anak spesialis jantung dari Duke University.
Dia menambahkan, para orang tua perlu disadarkan bahwa kegemukan pada anak-anak bisa berbuntut kasus kesehatan serius saat dewasa. (fn/dt/rl) www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment