Wednesday, September 28, 2011

Jika Anak Senang Corat-Coret Tembok


Arahkan dengan media yang tepat agar bakat seninya tetap berkembang.
Rasanya tak ada anak batita yang tak senang corat-coret. Pasalnya, di usia ini, anak sedang mengembangkan kemampuan psikomotorik halus. Nah, corat-coret adalah salah satu aplikasinya. Anak mencoba-coba menulis dalam bentuk corat-coret. Terlebih jika anak sering melihat orangtua atau orang terdekatnya menulis, menggambar, atau mencorat-coret, dia akan tergerak untuk meniru, “Apa yang saya akan dapatkan saat spidol ada di tangan?”
Masalahnya, si kecil bukan hanya corat-coret di buku atau kertas, tetapi juga tembok. Ya, dinding rumah yang luas layaknya kanvas tak terbatas buat anak. Di tempat itulah semua kreasi dituangnya. Bukan cuma di dinding kamar, tapi juga dinding ruang tamu sampai depan rumah. Mengapa tembok? Tak lain karena temboklah yang dilihatnya setiap hari. Media itu juga dirasakan anak cukup mudah dan luas untuk menuangkan ekspresinya. Disamping, cat tembok rumah juga biasanya berwarna terang bak lembaran kertas berukuran superbesar. Ini berbeda dengan kertas gambar yang terbatas dan kadang tak tersedia setiap waktu.
Tentunya hal ini tak mesti dibiarkan. Kalau tidak, dikhawatirkan anak tak akan tahu batasan, mana yang boleh dan tidak untuk corat-coret. Baginya, semua tembok sah-sah saja digambari. Tidak hanya tembok rumah dan ruangan tamu, tapi juga tembok lainnya, bahkan tembok rumah tetangga. Celaka, bukan?! Namun, melarang anak corat-coret di tembok tanpa diarahkan, juga sama buruknya. Sangat mungkin, anak akan tumbuh menjadi pribadi pasif yang kurang inisiatif. Bahkan, jika orangtua serba melarang, anak juga tak dapat mengungkapkan ekspresinya dalam bentuk kata-kata.
SEDIAKAN MEDIA YANG TEPAT
Jadi, harus bagaimana dong? Sebenarnya, gampang saja, kok! Orangtua tinggal mengarahkan si kecil bahwa tembok rumah bukan untuk digambari. Jelaskan hal itu pada saat orangtua membersihkan tembok yang penuh coretan si kecil. Meskipun tembok tak bisa mulus kembali seperti semula, namun hal ini sudah cukup mengajarkan kepada si kecil bahwa tembok bukanlah media yang tepat untuk digambari.
Selanjutnya, berikan media yang tepat untuk corat-coret, yaitu buku tulis atau buku menggambar. Pilihlah buku menggambar berukuran besar dan beri kebebasan pada anak untuk berkreasi sepuasnya di situ. Beberapa kertas bekas atau kalender juga bisa digunakan. Alternatif lainnya, whiteboard besar. Anak bisa corat-coret sesukanya, dan menghapusnya kemudian.
Mengapa harus yang berukuran besar? Ini karena kemampuan spasial anak belum berkembang. Dia belum mengenal dengan baik, ruang sebesar apa yang bisa menampung coretannya. Disamping, kemampuan motorik halus anak juga masih terbatas, dia belum bisa memegang pensil dengan benar dan mengarahkan coretannya dengan baik. Kadang kecil, kadang besar. Berbeda dengan orang dewasa yang mampu menyesuaikan gambar sesuai ruang yang kecil sekalipun. Coretannya juga sudah sempurna. Dengan demikian, media besar sangat tepat buat anak.
Beberapa orangtua menyediakan tembok khusus untuk dicorat-coret. Tak masalah, selama kondisinya memungkinkan. Orangtua tinggal menyediakan tembok khusus untuk corat-coret, entah di kamar anak atau di ruangan tertentu yang jarang terekspos lingkungan luar. Ada lo orangtua yang memfasilitasi anaknya menggambar di tembok. Bakat yang dimiliki disertai ketekunannya menggambar, membuatnya menjadi pelukis cilik ternama, yang meraih penghargaan nasional dan internasional. Ingat, sensasi menggambar di tembok mungkin dirasakan berbeda dengan menggambar di atas kertas.
Yang penting diperhatikan, meski orangtua menyediakan tembok khusus corat-coret, anak tetap harus diberi penjelasan dan batasan bahwa hanya tembok itulah yang boleh digambari, lainnya tidak. Selain itu, orangtua juga tetap harus mengenalkan media yang lebih tepat untuk corat-coret.

SARAT MANFAAT

Aktivitas corat-coret sangat baik untuk mengasah kemampuan motorik halus anak. Melalui aktivitas ini, anak terbiasa membuat coretan-coretan tak beraturan, lalu beraturan, membentuk gambar, lambang, dan lain-lain. Nah, ini sangat baik untuk melatih otot-otot kecil anak. Jika dilakukan terus-menerus, kemampuan ini cukup membantu saat anak diajarkan menulis maupun pelajaran keterampilan motorik halus lainnya. Agar kemampuan ini bisa berkembang, arahkan anak untuk membuat garis lurus, lingkaran, atau menghubungkan titik-titik. Pandulah sehingga seolah-olah anak sedang tak diajarkan.
Selain itu, anak juga berani mengungkapkan idenya dalam bentuk gambar. Itulah mengapa, orangtua jangan langsung memarahi anaknya saat corat-coret tembok, melainkan secara perlahan mengalihkannya ke buku gambar. Dengan demikian, anak berani mengungkapkan ekspresinya dalam bentuk gambar. Tetaplah memerhatikan si kecil saat menggambar. Ini penting agar anak tak kembali beralih ke tembok rumah.
Bagi orang dewasa, corat-coret anak adalah “sampah” yang harus segera dihapus. Tapi tidak demikian halnya dengan anak. Bagi mereka, coretan yang ditorehkan kaya dengan makna. Tak heran, anak akan membeberkan hasil karya seninya. “Ini gambar ikan, gambar sapi, mobil, boneka, bus, dan lain-lain.” Corat-coret merupakan ajang memupuk kreativitas anak. Nah, agar kreativitas ini semakin terbentuk, cobalah untuk membuka dialog tentang objek yang sedang digambar. Tanyakan, anak sedang menggambar apa, lalu apa yang terjadi dengan gambarnya.
Mengingat manfaat besar di balik corat-coret, luangkan waktu setiap beberapa hari untuk menggambar. Simpan dan letakkan juga alat tulis dan lukis di tempat yang terjangkau, untuk menghindari si kecil mencorat-coret di sembarang tempat. Jangan segan untuk memuji dan menaruh hasil karyanya di ruang tamu atau ruang lain. Dengan demikian, anak merasa dihargai. Kemungkinan untuk melukis di atas kertas pun semakin besar. Siapa tahu kelak si kecil bisa jadi seorang pelukis ternama.
sumber : tabloidnakita.com
Narasumber:
Evi Elviati, Psi.,
dari Essa Consulting Group

No comments:

Post a Comment