Friday, September 16, 2011

Pahami Gejala Alergi Pada Anak Dan Cara Pencegahannya | Portal Berita Dunia Islam & Indonesia Terbaru & Terkini Hari In

Pahami Gejala Alergi Pada Anak Dan Cara Pencegahannya 

Alergi merupakan salah satu penyakit anak-anak yang paling umum. Gangguan alergi ini, kemungkinan diwariskan dari orangtua atau dari kerabat terdekat. Para ilmuwan percaya bahwa alergi disebabkan oleh kombinasi antara faktor keturunan dan lingkungan.
Tidak mengherankan bila pertama kali anak-anak mengalami alergi terhadap sesuatu yang berada di lingkungan rumah, seperti: hewan piaraan, debu, makanan tertentu, kutu, atau jamur. Anak-anak bisa juga mengalami allergen musiman (zat yang memicu reaksi alergi) seperti serbuk bunga dan bisa menjadi alergi itu sendiri.
Alergi pada masa kanak-kanak umumnya adalah asma, hay fever (alergi yang disebabkan allergen tertentu, misalnya serbuk bunga), biduran, dermatitis kontak, dan alergi makanan.
Jika bayi atau anak Anda menderita alergi makanan, tenang saja, itu bukan salah Anda. Langkah-langkah berikut dapat membantu si kecil dari kemungkinan menderita alergi makanan:

1.    Beri dia ASI
Jika mungkin, berikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. ASI dapat melindunginya dari alergi makanan.

2.    Jangan perkenalkan makanan padat terlalu dini
Coba tunggu sampai 6 bulan sebelum memberi si kecil makanan padat.
3.    Hindari makanan yang sering menyebabkan alergi
Jangan berikan susu sapi kepada si kecil sampai ia ulang tahun pertama. Perkenalkan telur saat ia berusia 2 tahun. Jangan berikan kacang-kacangan atau ikan sampai ia berusia 3 tahun.

4.    Jaga makanan selama kehamilan 
Hindari makanan yang menyebabkan alergi selama Anda hamil. Coba hindari konsumsi kacang, terutama jika Anda punya riwayat alergi dalam keluarga.

Tips di atas untuk mengatasi alergi pada anak yang diakibatkan makanan. Nah, berikut penjelasan mengenai alergi yang disebabkan oleh hewan yang bernama kucing. Walaupun kucing bisa membuat orang jadi menggaruk-garuk dan bersin, kecintaan terhadap si meong ini mengalahkan segalanya. Diakui, kucing adalah hewan peliharaan yang paling banyak menyebabkan alergi dibandingkan hewan peliharaan lain.

Penelitian terakhir menunjukkan, bulu kucing menyimpan semacam toksin penyebab meningkatnya risiko eksema salah satu jenis alergi yang banyak diderita anak-anak. Selain bulu, kotoran kucing yang sudah kering juga menjadi tempat berkembang biak paling nyaman bagi toksoplasma.

Walau begitu, jangan serta-merta membuang hewan peliharaan dari rumah. Apalagi menjauhkan binatang-binatang lucu ini dari anak-anak. Sebab, berteman dengan anjing dan kucing pada masa kanak-kanak bisa membantu membentuk pertahanan mereka pada kasus alergi.


Supaya kita bisa tetap nyaman tinggal serumah dengan si meong, ikuti saran berikut ini:

- Mandikan kucing seminggu sekali
Cara ini dapat mengurangi hampir 90 persen alergen di udara yang dibawa oleh kucing.

- Hindari karpet dan mebel berlapis bahan
Pel lantai berulang kali dan lengkapi penyedot debu dengan filter berefisiensi tinggi.

- Gunakan filter partikel udara efisiensi tinggi (HEPA) guna mengurangi alergen kucing yang terdapat dalam debu. Pembersih udara jenis ini membersihkan udara dari sebagian partikel debu yang masuk melalui filter.

- Jagalah agar kucing selalu berada di luar rumah
Apabila kucingnya memang kucing luar rumah, sedapat mungkin biarkan dia tinggal di luar dan jangan biarkan masuk ke ruang tidur dan ruangan lain yang sering Anda tempati.

- Tambahkan ventilasi
Hal ini akan membantu menurunkan tingkat alergen.

Apabila Anda atau orang di rumah mengidap asma yang pemicunya alergi terhadap kucing, sebaiknya carikan kucing tersebut tempat tinggal baru. Paparan berkelanjutan terhadap alergen kucing dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan, bahkan setelah tidak terpapar lagi.

Ada banyak alergi yang susah ditemukan penyebabnya karena banyaknya faktor pencetus alergi. Studi terbaru menunjukkan, karbohidrat dalam daging yang disebut aplha-gal diduga juga menjadi biang keladi timbulnya reaksi alergi yang selama ini masih tanda tanya, yakni anaphylaxis.

Reaksi anaphylaxis muncul setelah tubuh terpajar alergen, misalnya makanan, minuman, obat, atau udara. Saat serangan alergi ini muncul, penderita akan merasakan sesak napas, jantung berdebar-debar, bahkan pingsan.

Dalam penelitian untuk mencari penyebab anaphylaxis, sejumlah peneliti melibatkan 60 orang di Australia dan Amerika Serikat yang mengalami reaksi alergi berulang atau anaphylaxis.

Hasil tes alergi menemukan 25 orang memiliki respon pada alpha-gal. Respon positif dianggap memiliki kadar imunoglobulin E (IgE) lebih tinggi dari 1.0 unit per milimeter, atau diatas standar. Pada orang yang alergi, produksi IgE dalam tubuhnya biasanya sangat berlebihan.

Namun hasil tes itu tidak mengidentifikasi alergen lain yang mungkin juga menyebabkan anaphylaxis pada 25 pasien tersebut atau 35 pasien lain.

"Hasil studi ini menunjukkan bukan hanya IgE pada karbohidrat yang punya implikasi klinis pada reaksi alergi makanan atau anaphylaxis, tetapi juga kehadiran antibodi yang mungkin berbeda pada orang tergantung daerah tinggalnya," kata Dr.Scott P.Comins, ketua peneliti.
Nah, lalu bagaimana cara mengenal alergi pada anak
Waspadai gejala-gejala berikut :
HAY FEVER
  1. Bersin-bersin, pilek, sesak, gatal-gatal dan hidung berair
  2. Mata berair, gatal, merah atau membengkak
  3. Batuk, perdarahan hidung, atau rasa sakit di seputar hidung bagian luar.
  4. Lingkaran hitam di bawah mata
  5. Mendengkur pada malam hari dan bernapas melalui mulut
  6. Merasa lelah karena umumnya tidak bisa tidur nyenyak pada malam hari
  7. Meludah terus menerus
  8. Sakit kepala tanpa demam
ASMA
  1. Napas berbunyi, tidak bisa bernapas dan dada sesak sehabis berolah raga atau setelah terkena allergen
  2. Kulit lebam, mengantuk, detak jantung cepat
  3. Bentuk dada agak melebar (sering disebut dengan istilah dada merpati)
BIDURAN
  1. Ruam-ruam kulit terasa gatal, berwarna merah dan membengkak dengan bagian tengah berwarna pucat. Tersebar baik di sekujur tubuh maupun pada satu bagian saja, misalnya wajah.
  2. Lokasinya bisa berpindah-pindah. Hilang biduran di satu tempat, muncul biduran di bagian tubuh lainnya.
DERMATITIS KONTAK
  1. Kulit melepuh kecil-kecil, berwarna merah, namun tidak terlalu gatal; alergi biasanya hilang bila penyebabnya hilang.
ALERGI MAKANAN
  1. Bibir bengkak
  2. Rasa geli di seputar mulut atau tenggorokan
  3. Muntah
  4. erut kembung
  5. Diare
  6. Usus besar bekerja lebik aktif
  7. Perut mulas
Jika Anda ingin menyembuhkan atau menemukan penyebab alergi yang menyerang anak Anda. laporan Anda kepada dokter ahlinya harus lengkap, misalnya :
  1. Gejala
  2. Kelainan yang muncul
  3. Riwayat medis anak (pra kelahiran, waktu kelahiran dan paska kelahiran)
  4. Riwayat alergi dalam keluarga
  5. Kondisi lingkungan, termasuk informasi mengenai hewan piaraan dan tanaman yang ada di rumah
  6. Riwayat makanan secara lengkap
  7. Kondisi emosi dan social masa lalu dan masa kini
Jika informasi tidak cukup, dokter akan meminta Anda untuk mulai mencatat secara rutin reaksi alergi anak. Jika reaksi alergi ini terjadi hanya pada masa tertentu selama satu tahun, misalnya, maka penyebabnya mungkin serbuk atau jamur musiman. Jika reaksi alergi terjadi hanya bila mengunjungi orang yang memiliki hewan piaraan, mungkin penyebabnya adalah bulu binatang.
Pencegahan
Pengobatan yang paling ampuh terhadap penyakit alergi adalah dengan menghindari zat-zat penyebab alergi. Meskipun alergi pada masa kanak-kanak tidak bisa dicegah secara total, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya alergi :
  1. Hindarkan si anak dari makanan yang berpotensi menyebabkan alergi: putih telur, susu sapi, sereal gandum, dan madu. Hindari pula makanan-makanan padat sampai usianya mencapai 6 bulan. Secara bertahap kenalkan beberapa makanan baru, mulailah dengan makanan lunak (sereal beras atau gandum)
  2. Bersihkan seluruh rumah dan terutama tempat tidur si kecil supaya sebisa mungkin terbebas dari debu.
  3. Kosongkan dan bersihkan ruang tidur bayi, lepas semua karpet yang menempel di lantai, gantilah dengan lantai kayu atau linolium.
  4. Usahakan untuk mengisi ruang tidur si kecil dengan satu tempat tidur saja dan tutuplah kasur dan boks bayi dengan menggunakan plastik anti debu. Beralihlah menggunakan bantal dakron atau bantal karet, gunakan selimut dari bahan katun dan bukan dari bahan perca atau kapas.
  5. Bersihkan ruangan setiap hari. Saat membersihkan, buka semua pintu dan jendela agar udara segar masuk, kemudian tutup kembali. Saat membersihkan debu, gunakan kain basah atau berminyak supaya debu tidak terbang kemana-mana, semua mainan harus disingkirkan dari kamar si kecil.
  6. Jika mungkin, gantilah semua perabot yang berlapis kain dengan perabot yang terbuat dari bahan yang bisa dilap, seperti lapisan kayu, vinil, atau kulit.
  7. Mungkin Anda perlu memasang penyedot ruangan terutama di dapur dan di kamar mandi.
  8. Hindarkan anak dari binatang piaraan
  9. Jangan ijinkan orang merokok dalam ruangan, karena perokok pasif bisa memperburuk gejala-gejala alergi.
  10. Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan suntikan alergi pada anak Anda.
Yang perlu dipersiapkan : orang tua harus mewaspadai aksi dan efek samping obat-obatan anak. Anak-anak, tidak bisa menggunakan obat-obatan yang ditujukan bagi orang dewasa. Sebelum Anda memberi obat, konsultasikan dahulu dengan dokter Anda. Dokter akan meresepkan obat yang sesuai untuk anak Anda. Tanyakan cara terbaik untuk mengatasi situasi darurat. Anda harus mengerti pertolongan pertama yang harus diberikan bila terjadi serangan asma atau alergi. Mintalah semua anggota keluarga untuk berpartisipasi.
Makanan yang perlu diwaspadai : para orangtua sebaiknya bersikap waspada! Berbagai produk susu ditambahkan pada banyak jenis makanan untuk berbagai alasan dan Anda tentu tidak bisa cepat mengenali karena tidak dicantumkan pada kemasan. Salah satu di antaranya adalah kasein, suatu bentuk protein susu yang bisa menimbulkan alergi makanan. Selain itu juga, orang tua harus mewaspadai makanan seperti : bakso, es krim, coklat, permen dan sup. (fn/k3m/id)www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment