Thursday, September 29, 2011

Membiasakan Anak Kreatif


Kreativitas itu pilihan, bukan bakat. Setiap anak berpotensi menjadi kreatif.
Tak seorang pun yang tidak memiliki kreativitas, karena jika demikian sama seperti tidak memiliki kepintaran sama sekali. Kreativitas bukan bakat, namun dapat ditumbuhkan dan dibentuk sehingga setiap anak memiliki peluang menjadi kreatif.
Mungkin Anda pernah mendapatkan situasi anak seperti ini. ? Ma! Tali sepatuku putus!? . Bagaimana biasanya cara Anda memberi saran pada anak.
? Tanya Mbak untuk mengambilkan tali sepatu yang baru?
? Bisakah kamu memakai sepatu yang lain saja?
?Tunggu sebentar ya, mama akan datang?
Coba kamu cari di lemari kaca dekat sofa, disana ada tali sepatu yang baru?
? Sebaiknya apa yang akan kamu lakukan??
Cara orangtua menanggapi sebuah permasalahan akan mempengaruhi cara anak menyelesaikan masalah. Bila hanya mempunyai satu solusi saja untuk menanggapi permasalahan anak, maka mereka juga hanya mengenal dan menggunakan satu solusi saja. Bagaimana cara orangtua bersikap terhadap tindakan anak akan sangat mempengaruhi pola kebiasaan anak hingga dewasa.
Cobalah lakukan sebuah pengandaian. Bayangkan jika anak bekerja sebagai trainer management yang mengatur acara peluncuran produk. Skenarionya, ia bertugas mempersiapkan jamuan tamu penting dari luar negeri. Tiba-tiba dia mendapat kabar dari event organizer bahwa pesanan makanan telat akibat truk pengantar mengalami kecelakaan.
Berikut beberapa kemungkinan solusi yang diambil anak untuk mengatasi masalah ini.
1. Menanyakan atasannya hal apa saja yang harus ia lakukan.
2. Bertanya kepada event organizer apakah mereka dapat mencarikan solusi atau memutuskan mencari event organizer lain untuk mengurusnya.
3. Mencari ide alternatif dan meminta ide dari yang lainnya sebagai masukan lalu menemukan solusi terbaik dari permasalahan tersebut. Anak akan membuat keputusan tanpa campur tangan bosnya atau memberitahukan bosnya tentang solusi yang ia dapatkan.
Solusi yang anak pilih berkaitan dengan kebiasaan yang telah terbangun pada diri anak. Idealnya, anak mengambil tindakan nomor tiga sebagai solusi permasalahan secara independen. Namun, ini bisa terjadi jika anak terbiasa belajar mengambil keputusan dengan bijak saat menghadapi permasalahan sehari-hari. Sehingga, respon orangtua untuk pilihan a,b,c dan d di atas tak mampu mengajarkan anak berpikir kreatif saat menghadapi masalah.
Kendati solusi yang dipilih anak bukan keputusan yang terbaik. Setidaknya anak akan mendapatkan apresiasi dari atasannya mengenai tindakan independen, kemampuan manajemen permasalahan serta keberaniannya mengambil risiko dan solusi alternatif. Makna dari ilustrasi di atas menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian dengan kreativitas. Orang kreatif menyukai tantangan dan yakin bahwa setiap permasalahan memiliki solusi. Selain itu, juga mereka sudah biasa terbuka terhadap ide baru dan berani mengambil risiko atas ide barunya tersebut kendati tidak mendapat respon yang bertentangan dari lingkungannya. Bila anak bertanya pada atasannya, ini menunjukan dirinya bukan orang kreatif.
Kreativitas = Seni ?
Saat bertanya siapa contoh tokoh yang kreatif banyak orang menyebutkan Picasso, Leonardo da Vinci, Affandi, Basuki Abdullah, dan beberapa artis lainnya. Kreativitas tak hanya sebatas pada bidang seni, tapi merupakan sikap (attitude) yang tak hanya melibatkan pola berpikir anak tapi juga kemampuan anak menyelesaikan masalah.
Banyaknya orang yang meraih kesuksesan karena kreativitas selain di bidang seni, misalnya Bill Gates merupakan pengusaha kreatif yang bermula dari mimpi, menciptakan adanya personal komputer di setiap rumah tangga. Yang dimaksud dengan kreatif tak hanya memiliki dan menjalankan ide. Tapi juga mampu mencari keunggulan dari kreativitas tersebut. Misalnya berani mengganti bumbu dari resep masakan dan akhirnya menemukan rasa masakan yang unik.
Anak harus belajar menemukan solusi sendiri dengan mempertimbangkan beberapa kemungkinan dan berani mengambil resiko atas pilihannya. Ia juga harus menunjukkan bahwa dirinya mampu berteman dengan masalah serta mampu melihat peluang, memiliki ide yang orisinil dan independen. Ajarkan anak menjadikan masalah layaknya
sebuah bisnis, seni, atau ilmu pengetahuan. Sehingga sikap kreatif bisa menjadi sebuah kebiasaan.
Kreativitas merupakan pilihan, tak hanya orang yang memang memiliki bakat kreatif. Bagaimana seseorang mampu menanggapi situasi juga bisa dikatakan orang kreatif. Setiap anak berpotensi menjadi kreatif, seperti yang dikatakan seorang pendidik kenamaan dari Inggris, Arthur J Cropley, bahwa tak seorang pun yang tidak memiliki kreativitas, karena jika demikian sama seperti tidak memiliki kepintaran sama sekali. Tidak kreatif berarti anak tidak berpikir dan tidak melakukan apa-apa. Sebab itu, sangat kecil kemungkinannya orangtua tak mampu membentuk kreativitas anak.
Orangtua bisa menjadi contoh bagi anak asalkan mau merefleksikan diri. Coba pikirkan kembali tindakan Anda saat menghadapi beberapa masalah. Apakah Anda telah melupakan masalahnya? Apakah Anda mengandalkan orang lain dalam menghadapi masalah? atau Anda mencoba menarik diri saat tidak bisa menemukan solusi?. Melalui pertanyaan ini, orangtua bisa menilai sendiri, kesiapan menjadi contoh bagi anak. Langkah pertama yang dapat orangtua lakukan yaitu mengenali dan mengembangkan kreativitas diri sebelum mengembangkan kreativitas anak.
Kreativitas di Kehidupan
Sehari-hari
Dalam keseharian orangtua bisa mendapatkan contoh kreativitas untuk diajarkan pada anak. Misalnya, ketika menyusuri perjalanan pulang sekolah, Anda menemukan seorang pria duduk di sudut jalan berjualan nasi kotak. Ajak anak melihat kondisi dari perspektif yang berbeda, yaitu cara menjual makanan di jalanan merupakan salah satu solusi mendapatkan uang.
Kita sering melihat tukang sampah yang mengangkut gerobak yang berat dengan menggunakan prinsip kuda menarik beban sehingga beban dapat menjadi lebih ringan. Dengan menggunakan imajinasinya dan menggunakan prinsip yang ada, tukang sampah tersebut dapat mencari solusi dalam pekerjaannya.
Atau sekelompok anak yang memiliki ide untuk menciptakan jenis pena baru. Usaha pertama dilakukan dengan mengisi sedotan dengan tinta yang ditutup dengan kain pada satu sisi. Usaha ini tidak berhasil karena diameter sedotan terlalu kecil, lalu mereka mencoba dengan menggunakan selang yang lebih besar. Kelihatannya lebih baik, tetapi ternyata tinta cepat habis. Mereka tidak putus asa, akhirnya mereka menemukan cara dengan menutup kedua ujung selang dengan kain. Mereka menamai pena temuan baru ini lipstick pen.
Ciri-ciri
Hal-hal yang bisa orangtua lakukan
Sadar bahwa dirinya kreatif.
1. Jangan pernah mengatakan ?Saya tidak kreatif?.
2. Bagikan cerita kepada anak anda tentang problem yang anda hadapi dan bagaimana cara anda mengatasinya.
3. Pada saat anak anda menghadapi masalah, katakan kepadanya
?Mama yakin kita bisa mengatasi persoalan ini, kita hanya perlu
berpikir.?
Berpikiran terbuka untuk ide-ide baru dan menolak penilaian yang premature.
1. Dengarkan anak anda sebelum membuat komen apapun.
2. Pada saat anak memberi ide, berikan komen yang positif terlebih
dulu sebelum mengkritiknya.
Selalu penasaran menemukan solusi yang tepat.
1. Pada saat memikirkan solusi, dorong dan bantulah anak untuk
memikirkan paling tidak 2 alternatif solusi, kemudian tanyakan
solusi yang mana yang lebih disukai. Atau tanyalah, ??Kamu punya
ide apa lagi ??
Berani mengambil risiko dalam mencoba sesuatu yang baru
1. Pada saat anak ragu-ragu, katakan kepadanya, ??Kamu tidak akan
pernah tahu kalau tidak mencoba.?
2. Bila anak mencoba sebuah ide tetapi tidak berhasil sesuai harapan,
tanyalah, ??Apa yang dapat engkau pelajari dari ini ? Paling tidak kita
telah tahu apa yang seharusnya tidak kita lakukan lain kali.?
Tidak takut kepada problem yang sulit dan tidak mempunyai jawaban yang pasti.
1. Mengerti bahwa problem yang terbuka (open ended) adalah prob
lem yang tidak memiliki satu jawaban yang benar.
2. Berikan kepada anak setiap hari sebuah problem yang open ended,
misalnya kita hari ini tidak punya air untuk memasak nasi, apa yang
harus kita lakukan ?
Orisinil, berpikir sesuatu yang baru dan tidak umum.
1. Pada saat bermain game, katakan kepada anak ? Mari kita memikir
kan permainan yang belum pernah kita lakukan.?
2. Pada waktu memikirkan ide untuk projek di sekolah, katakan
kepada anak ?Ayo kita pikirkan sesuatu yang belum pernah dip
ikirkan orang lain. Kita buat sesuatu yang menarik dan lain dari
yang lain.?
Independen yakni percaya akan pemikirannya
1. Hindari steriotype anak anda (misalnya apa yang harus dilakukan
oleh anak laki atau perempuan).
2. Bangunlah rasa percaya diri anak.
Perseptif, melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain.
1. Bermain ?Apa yang baru ?? dengan anak anda. Ambillah objek di
sekeliling anda, temukan minimum 2 hal baru dari objek tersebut
yang tidak anda perhatikan sebelumnya.
Mampu memotivasi diri
1. Berikan anak berbagai pengalaman yang berbeda untuk memban
tunya menemukan apa yang ia sukai dan tidak ia sukai.
2. Mengidentifikasi minat anak dan membantunya mengembangkan
minat tersebut.
Berpikir ?Bagaimana jika??, ?Bagaimana cara lain untuk ? ??, ?Mengapa ? ??
1. Bermain ?Bagaimana jika ?? dengan anak anda. Bergiliran bertanya
?Bagaimana jika ? ?, kemudian bersama-sama berimajinasi dan
menggambarkan situasi dalam pertanyaan ?bagaimana jika ??.
2. Pada malam hari, beritahu anak anda tentang apa yang anda ingin
tahu selama hari ini. Kemudian meminta anak untuk sharing juga
tentang apa yang ingin dia ketahui hari itu.
Memiliki rasa humor, mampu tertawa di saat gagal dan tetap semangat sesudahnya
1. Tertawa akan kesalahan kita sendiri dan beritahu anak apa yang
kita pelajari dari kesalahan.
2. Ceritakan tentang cerita-cerita di mana orang membuat kesalahan,
tetapi belajar dari kesalahan tersebut dan akhirnya berhasil sukses.



Sumber: Mita Zoelandari

No comments:

Post a Comment