Wednesday, September 28, 2011

Anak Belajar Dari Pengalaman.......

Mengalami langsung adalah metode belajar yang paling tepat.
Banyak hal yang dipelajari si batita. Di antaranya tentang relasi dan perasaan (tentang kepercayaan, menyayangi dan empati, tentang marah, takut, iri dan dendam), tentang bahasa, dan tentang proses suatu kejadian. Dari semuanya, hal terpenting yang harus si batita pelajari adalah bahwa proses belajar itu menyenangkan.

Oleh karena itu, dukungan orangtua sangatlah penting. Dimulai dari rasa ingin tahu yang ditunjukkan oleh anak, doronglah proses belajar anak untuk memupuk sifat kreatifnya. Jika orangtua tak mendukung, maka anak akan berhenti mencari tahu karena semangatnya menyurut.
Nah, berikut ini ada 9 hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menyuburkan rasa ingin tahu anak dan menumbuhkannya menjadi kecintaan untuk belajar selama hidup.

1. Jawablah pertanyaannya.
Karena ada banyak hal baru yang ingin diketahui anak, maka ia jadi banyak bertanya. Semua pertanyaan itu berhak mendapat jawaban yang benar sesuai nalar anak batita. Bila pertanyaannya tak dijawab atau tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, anak akan berhenti bertanya atau menangkap persepsi yang tidak benar. Jadi, jawablah semua pertanyaannya. Gunakan bahasa yang sederhana dan singkat.

2. Masukkan proses belajar dalam kegiatan sehari-hari.
Apa pun yang dilakukan anak sehari-hari dapat menjadi bahan pelajaran baginya. Berpikirlah kreatif. Misalnya, kapan pun Anda dapat mengajarkan hitungan sederhana dan lambang bilangan kepada si kecil. “Lihat, berapa wortel yang ibu masak. Hitung yuk satu, dua, tiga.” Melalui kegiatan ini diharapkan minat si batita meluas ke berbagai bidang pengetahuan, bukannya memaksa si batita untuk langsung bisa berhitung. Minat yang luas akan mendukung proses belajarnya kelak, sekaligus melibatkan indra si batita sebagai alat belajar.

3. Dukung penjelajahannya.
Melalui proses eksplorasi atau penjelajahan, si batita belajar memahami banyak hal. Dampingi dan berikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami. Biarkan ia melakukan beragam “percobaan”. Efek sampingnya pasti rumah jadi berantakan. Namun tahanlah keinginan Anda untuk menghentikan aktivitasnya karena dapat menghambat proses belajar si kecil. Lain hal bila percobaannya membahayakan keselamatan anak, Anda bisa menghentikan, tentu dengan disertai penjelasan dampak yang mungkin terjadi. Sebagai penggantinya, sediakan percobaan-percobaan yang dapat dilakukan dalam situasi terkendali. Misal, mencampur pewarna kue di baskom, menyaring pasir dengan saringan pasir, dan lain-lain.

4. Kenalkan anak dengan berbagai pengalaman.
Pengalaman sederhana yang dialami dalam kehidupan sehari-sehari dapat memberikan pelajaran berharga bagi si batita. Tentunya asalkan orangtua memberikan penjelasan tentang peristiwa tersebut dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dari si batita. Ada banyak pengalaman yang mungkin dapat ditemui, di antaranya, menanam bunga, bermain air di kolam, mencabut tanaman liar, mencampur adonan kue, menata meja, menyalakan tombol lampu, dan lain-lain.

5. Kenalkan anak dengan berbagai situasi.
Berbagai situasi yang dimaksud tentu saja semua tempat dan waktu yang dirasa aman bagi anak. Pengenalan situasi juga dapat memberikan pengalaman belajar. Contoh, museum, taman bermain, pasar, kebun binatang, kendaraan umum, restoran, rumah sakit, toilet umum dan lain-lain. Umumnya, anak menyerap banyak hal dari pengamatannya. Orangtua dapat menambahkan apa yang dipelajari anak dengan mengajukan pertanyaan dari hasil pengamatan si anak sendiri.

6. Kenalkan anak dengan daya khayal.
Daya khayal atau imajinasi perlu diperkuat sebagai bekal kemampuan anak untuk berpikir kreatif. Salah satunya melalui bermain peran yang secara alami sangat disukai anak-anak usia dini. Banyak hal akan didapat dari bermain peran, di antaranya mengasah kemampuan berbahasa, mengenali situasi dan menanggapinya, mencari solusi untuk keluar dari masalah, bagaimana berempati, dan juga melatih motoriknya. Umpama, bagaimana menjadi pedagang ikan di pasar yang harus pandai tawar menawar dengan pembeli, si pembeli tidak punya uang cukup, lihai menangkap ikan yang masih hidup, membersihkannya, menimbang, dan memberikan kepada pembeli. Kemampuan bermain peran juga menunjukkan kemampuan anak menyerap berbagai pengalaman sehari-hari.

7. Mendukung proses belajar dengan membina harga diri anak.
Agar mampu belajar, seorang anak perlu merasa senang pada dirinya sendiri. Nah, tumbuhkan perasaan bangga akan keberhasilan yang telah diraih. Karenanya, orangtua jangan sungkan memberikan pujian atas keberhasilan yang baru dicapai si batita. Selanjutnya, penghargaan berupa tepuk tangan atau pelukan hangat, misalnya, tetap diperlukan oleh anak agar ia memiliki konsep diri yang positif.
8. Buatlah agar pengalaman belajar ini menyenangkan.
Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, orangtua hendaknya menghindari suasana yang tidak nyaman. Misal, memaksa anak melakukan aktivitas tertentu padahal ia sedang tidak menunjukkan minatnya. Ikuti saja apa yang sedang menjadi daya tarik baginya. Ingat, menyenangkan bagi orangtua belum tentu menyenangkan bagi si batita.

9. Berikan teladan.
Tunjukkan kepada anak bahwa Anda sebagai orangtua tidak merasa terlalu tua untuk menjelajah, mencoba kegiatan baru, dan bermain peran yang dirasa konyol sekalipun dengannya. Jadikan belajar sebagai kegiatan seumur hidup. Alhasil, semangat belajar Anda akan menular pada anak.
Uut
Konsultan Ahli:
Indri Savitri, Psi.,
dari Lembaga Psikologi Terapan (LPT) UI

No comments:

Post a Comment