Monday, September 12, 2011

2,4 Juta Balita Dunia Meninggal Tiap Tahun Karena Tak Imunisasi

Jakarta, Imunisasi sangat penting dilakukan untuk memberi pertahanan pada bayi yang baru lahir dan balita karena belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat. Tapi ada sekitar 2,4 juta balita di dunia yang meninggal setiap tahun karenapenyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi alias vaksin.

"Ada 2,4 juta anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal setiap tahun karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksin, terutama diare dan pneumonia. Dari 10 negara yang termasuk top 10, 6 tertinggi ada di negara-negara Asia, seperti China dan India. Indonesia tidak termasuk ke dalam top 10," jelas Prof. Lulu C. Bravo MD., PhD, Ketua Asian Strategic for Pneumococcal Disease Prevention (ASAP) dalam acara konferensi pers 'The 3rd Asian Vaccine Conference' di Hotel Gran Melia, Jakarta, Kamis (28/7/2011).

Imunisasi adalah salah satu cara yang paling tepat untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya, kecacatan dan kematian terutama pada bayi yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.

Sayangnya, belum semua negara bisa memberikan akses imunisasi yang baik bagi seluruh masyarakatnya. Di Indonesia sendiri, baru 93 persen anak yang sudah mendapatkan imunisasi. Artinya masih ada 7 persen dari 24 juta anak yang belum mendapatkan akses pelayanan imunisasi.

"Penyelenggaraan vaksin di Asia masih memerlukan peningkatan di masing-masing negara untuk menurunkan risiko kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Hal ini perlu segera dilakukan mengingat data di lapangan menunjukkan bahwa di beberaoa negara di Asia masih terdapat berbagai masalah seputar, yaitu minimnya data, fasilitas serta SDM, kurangnya peran pemerintah daerah, mahalnya harga vaksin, serta mitos-mitos yang ada di masyarakat tentang efek samping vaksin," ujar Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K) selaku Ketua Satgas Imunisasi IDAI.

Di Indonesia, mitos-mitos seputar vaksin pun masih banyak beredar. Hal ini menurut Prof Sri juga merupakan satu penghalang yang menyulitkan dokter dapat memberikan vaksin pada bayi atau anak.

"Banyak orangtua yang tidak mau memvaksin anaknya karena katanya takut anaknya malah jadi sakit atau demam setelah divaksin. Ini tidak benar. Vaksin memang beberapa dapat menyebabkan demam, tapi itu tidak berbahaya. Dan manfaatnya jauh lebih besar, mencegah berbagai penyakit yang bisa memicu kecacatan dan kematian pada anak," jelas Prof Sri.

Dirjen Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof dr Tjandra Yoga Aditama, MPH, juga menjamin mutu vaksin yang diberikan oleh pemerintah. Vaksin yang diberlakukan di Indonesia juga sudah mendapat rekomendasi Majelis Ulama Indonesia jika ada yang mempertanyakan kehalalannya.

"Mutu vaksin yang diberikan pemerintah terjamin sesuai dengan kaidah ilmiah, baik yang whole cell (yang bisa menyebabkan demam) dan a-cellular (tingkat demam berkurang. Walaupan harganya cukup berbeda, tetapi efektivitasnya sama," jelas Prof Tjandra.

Pemerintah Indonesia telah memberikan 5 imunisasi dasar untuk bayi dan balita yang dibisa diperoleh di Puskesmas dan rumah sakit secara cuma-cuma. Imunisasi dasar yang diberikan termasuk hepatitis B yang sebaiknya diberikan setelah bayi lahir, lalu imunisasi BCG (untuk mencegah tuberkulosis paru dan otak), imunisasi polio, imunisasi DPT (untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus) serta imunisasi campak.(Sumber Merry Wahyuningsih - detikHealth)

No comments:

Post a Comment