Monday, September 12, 2011

Asah Kecerdasan Emosional Anak



Anak sebaiknya tidak hanya belajar di kelas. Mereka pun perlu bermain di luar rumah bersama alam dan lingkungan untuk mengasah kecerdasan sosial dan emosional.

Pada dasarnya setiap orangtua mendambakan anak-anak yang sehat, cerdas, dan berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan begitu, kelak mereka akan menjadi anak-anak yang unggul dan tangguh menghadapi berbagai tantangan pada masa depan.

Namun, perlu disadari bahwa generasi unggul semacam itu tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi anak-anak itu dapat tumbuh dengan optimal sehingga menjadi lebih sehat, cerdas, dan berperilaku baik.

Dalam hal ini, orangtua memegang peran yang amat penting. Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak, dan memberi stimulus yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik, semua itu sungguh merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul pada masa yang akan datang. 

Namun, pembentukan anak yang sempurna seperti itu sepertinya akan terhambat. Sebab, saat ini masih ada anak-anak terkungkung ke dalam pola pembelajaran di ruang kelas yang monoton dan tertutup, penuh aturan dan tekanan. Hasilnya, anak menjadi stres dan tak punya kesempatan mengembangkan dirinya lebih jauh.

Ujung-ujungnya muncul sikap-sikap negatif yang dilakukannya seperti membolos, kekerasan antarteman (bullying), merokok atau bahkan perasaan untuk bunuh diri. 
"Sekolah dirasa seperti penjara. Pelajaran hanya berkutat pada hafalan. Gimana anak tidak stres," kata psikolog dan pemerhati dunia anak Seto Mulyadi saat jumpa pers AKSI (AQUA Untuk Keluarga Sehat Indonesia) terkait acara "Jelajahi Wahana Kebaikan Alam" yang diselenggarakan Danone AQUA di Jakarta, belum lama ini.
Anak bertambah fobia terhadap sekolah, kata Kak Seto, jika orangtua tidak mendukungnya. Bahkan, memarahi ataupun melakukan kekerasan secara fisik apabila anak mendapatkan nilai yang tidak memuaskan di sekolahnya. Padahal, kecerdasan kognitif sebenarnya bukanlah yang utama bagi seorang anak.

Dia menuturkan, kecerdasan memahami pelajaran di sekolah atau angka intellegence quotient (IQ) yang tinggi bukan merupakan satu-satunya jaminan bagi kesuksesan seorang anak pada masa depan. Ada faktor lain yang saat ini cukup populer yaitu kecerdasan emosional (emotional quotient/EQ).

Beberapa ahli mengatakan, generasi sekarang cenderung mulai banyak yang mulai mengalami kesulitan emosional. Misalnya mudah merasa kesepian dan pemurung, mudah cemas, mudah bertindak agresif, kurang menghargai sopan santun, dan sebagainya. "Ini semua akan sangat merugikan perkembangan anak-anak itu sendiri, meskipun mungkin mereka tampil sebagai anak-anak yang pintar," tandas Kak Seto.

Dapat disimpulkan, lanjut Kak Seto, betapa pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada diri anak. Karena, betapa banyak dijumpai anak-anak, ketika mereka begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun bila tidak dapat mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa atau angkuh dan sombong, maka prestasi tersebut tidak akan banyak bermanfaat untuk dirinya.

Kecerdasan emosional juga perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada anak sejak usia dini. Karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal. Hal yang hampir senada juga dikemukakan Robert Coles dalam bukunya yang berjudul "The Moral Intelligence of Children" yang menyebutkan, selain IQ, ada suatu jenis kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan moral yang juga memegang peranan amat penting bagi kesuksesan seseorang dalam hidupnya. 

Hal ini ditandai dengan kemampuan seorang anak untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, mengikuti aturanaturan yang berlaku. Termasuk merupakan kunci keberhasilan bagi seorang anak pada masa depan. Menurut Kak Seto, belajar dari lingkungan dan alam juga merupakan salah satu upaya meningkatkan kecerdasan emosional anak. Proses tumbuh kembang anak yang baik salah satunya diawali dengan interaksi dengan alam.

"Alam dalam arti luas adalah wahana pendukung utama bagi anak-anak untuk bermain, belajar, dan berinteraksi dengan sesama. Ketiga hal tersebut adalah elemen yang tidak terpisahkan karena merupakan bagian penting dari perkembangan anak dan sarana untuk belajar dan mengembangkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan sosialisasi dan kemampuan motorik," katanya.

Hal ini, menurut dia, akan memberi pengaruh positif terhadap perkembangan sosial anakanak. Tanpa ada unsur bermain di luar rumah dan akses ke pengetahuan alam, maka kecerdasan emosional dan kesadaran lingkungan mereka tidak akan terasah.

Ini yang banyak dihadapi kehidupan keluarga modern di kotakota besar. Selain keterbatasan lahan bermain, anak-anak di kota besar juga harusberhadapan dengan kemudahan akses internet, televisi, serta menjamurnya video games atau games online, yang sebenarnya akan memberi pengaruh positif jika diterapkan secara proporsional.

"Namun, jika digunakan secara berlebihan atau menjurus kepada kecanduan, maka kecenderungan anak-anak untuk menjadi pribadi individualis, kemampuan sosialisasi yang kurang, minat baca rendah, potensi obesitas, ketidakmampuan menghadapi tekanan menjadi sangat tinggi," tutur Kak Seto.

Belajar dari lingkungan, kata Kak Seto, misalnya menggambar pemandangan, bermain di alam bebas, menanam, belajar di kebun, di sawah dan lain-lainnya. 
"Alam sangat kaya, konkret, mewah, menyenangkan dan penuh dengan alternatif pembelajaran," katanya.

Karena itu, untuk mendukung dan berkomitmen meningkatkan kehidupan keluarga dan generasi Indonesia yang lebih baik dan memiliki kecerdasan emosional anak, Danone AQUA akan menggelar kegiatan masif AKSI (AQUA untuk Keluarga Sehat Indonesia) pada 30-31 Januari 2010 di Plaza Utara Senayan, Jakarta, pukul 06.00-20.00 WIB dengan menghadirkan "Jelajahi Wahana Kebaikan Alam". 

AKSI 2010 menghadirkan "Wahana Kebaikan Alam" dalam bentuk kegiatan yang mengedepankan unsur pendidikan, permainan, dan hiburan berbasis alam untuk seluruh anggota keluarga, khususnya anak-anak.

Diperkirakan 100.000 orang menyemarakkan AKSI, termasuk lebih dari 3.000 anak sekolah dasar (SD) dan panti asuhan di Jakarta. Tani Sulaeman, Brand Director Danone AQUA, mengatakan AQUA menyadari pentingnya pengetahuan tentang alam dan kegiatan luar ruang bagi keluarga Indonesia, khususnya untuk tumbuh kembang anak. Karena itu, AKSI menjadi solusi bagi keluarga Indonesia yang ingin berekreasi sekaligus belajar tentang alam di tengah kota, terhindar dari kemacetan dan dapat dinikmati seluruh keluarga.(okezone.com) www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment